Pengertian, Tahap, Tujuan & Prinsip Berhitung Permulaan


Pengertian, Tahap, Tujuan & Prinsip Berhitung Permulaan
Pengertian Berhitung dapat ditelaah menurut pendapat para ahli berikut. Smith (2010: 9), mengemukakan dalam jurnal Mathematics In Early Childhood: An Investigation Of Mathematics Skills In Preschool And Kindergarten Students mengatakan bahwa―konsep menghitung dapat dikombinasikan 5 prinsip utama yang harus dipahami untuk mengembangkan keterampilan menghitung yaitu korespondensi satu satu, prinsip stabil, prinsip kardinallitas, ketidakrelevan dan prinsip abstraksi (Gelman & Meck, 1983)”.

Gelman dan Meck (dalam Smith, 2010: 10), menyatakan bahwa korespondensi satu-satu berarti bahwa ketika menghitung, setiap objek memiliki satu kata nomor unik. Prinsip stabil berarti bahwa kata-kata jumlah tersebut harus tetap dalam konteks yang sama setiap dihitung. Prinsip kardinalitas yaitu mengacu pada nomor terakhir yang dihitung untuk mewakili jumlah total objek dalam satu kelompok. Prinsip ketidakrelevan bahwa berhitung dapat dilakukan dalam urutan apapun asalkan semua benda dihitung. Selanjutnya prinsip abstarksi berarti ketika menghitung, semua keempat prinsip sebelumnya harus diterapkan.

Fatimah (2009: 10), berpendapat bahwa berbagai aktivitas berhitung yang dilakukan sebagai cara agar ide abstrak bilangan dapat dimodalkan sehingga anak menjadi lebih tahu tentang angka-angka dan hal-hal yang terkait dengannya. Pendekatan dengan menggunakan materi konkret dan gambar harus secara intensif dilakukan ditingkat awal, sebelum selanjutnya anak-anak masuk ke dunia angka-angka (abstrak).

Slamet Suyanto (2005b: 56), menyatakan berhitung amat penting dalam kehidupan. Pada mulanya anak tidak tahu bilangan, angka, dan operasi bilangan matematis. Secara bertahap sesuai perkembangan mentalnya anak belajar membilang, mengenal angka, dan berhitung. Anak belajar menghubungkan objek nyata dengan simbol-simbol matematis. Sebagai contoh, sebuah jeruk diberi simbol dengan angka 1 dan dua buah jeruk diberi simbol dengan angka 2.

TAHAP BERHITUNG

Beberapa tahapan aktivitas berhitung yang dikemukakan Fatimah (2009: 10) diantaranya:

a. Pengenalan jumlah

Pada tahap ini, menghitung sejumlah benda yang telah dilakukan secara bertahap; 1 sampai 6; 6 sampai 9; 1 sampai 10; dan seterusnya,

b. Menghitung secara rasional

Dalam hal ini, anak disebut memahami berhitung apabila dapat (1) Menghitung benda sambil mengurutkan nama bilangan, (2) Membuat korespondensi satu-satu, (3) Menyadari jumlah terakhir yang disebut mewakili total/jumlah benda dalam satu kelompok  
c. Menghitung maju

Yang dimaksudkan dalam tahapan ini yaitu menghitung dua kelompok benda yang digabungkan dengan cara:
  1. Menghitung semua, dimulai dari benda pertama sampai benda terakhir
  2. Menghitung melanjutkan
  3. Menghitung benda dengan cara melanjutkan dari jumlah salah satu kelompok.
Hal ini dapat dilakukan bila anak sudah dapat membedakan kelompok yang lebih banyak dan lebih sedikit dengan baik

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berhitung merupakan kemampuan menyebutkan jumlah terakhir benda dalam satu kelompok. Tahapan kemampuan berhitung dilakukan dengan pengenalan jumlah dengan menghitung jumlah benda secara bertahap dari 1 sampai 6, 6 sampai 9, 1 sampai 10. Pada penelitian ini berhitung dilakukan bertahap dari 1-5, 6-10, 11-15, dan 16-20.

TUJUAN BERHITUNG

Mudjito (2007: 1-2), membedakan tujuan kegiatan berhitung permulaan pada anak usia dini sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Secara umum permainan berhitung permulaan bagi anak bertujuan untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.

b. Tujuan Khusus

  1. Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar anak.
  2. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.
  3. Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi, dan daya apresiasi yang tinggi.
  4. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
  5. Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
Sriningsih (2008: 120), berpendapat bahwa berhitung bertujuan untuk mengembangkan pemahaman anak melalui proses eksplorasi dengan benda-benda konkret. Eksplorasi melalui benda-benda konkret diharapkan mampu memberikan fondasi yang kokoh bagi anak dalam mengembangkan kemampun matematika pada tahap selanjutnya. Untuk itu guru secara bertahap memberikan pengalaman belajar yang dapat menggantikan benda-benda konkret dengan alat-alat yang dapat mengantarkan anak pada kemampuan berhitung secara mental (abstrak). Misalnya melalui melalui motode dan pendekatan pembelajaran yang tepat permainan berhitung di Taman Kanak-kanak.

Dari beberapa pendapat tentang tujuan berhitung dapat disimpulkan tujuan berhitung bagi anak usia dini misalnya di usia Taman Kanak-Kanak adalah untuk memberikan dasar-dasar berhitung agar anak dapat memiliki kesiapan saat memasuki pendidikan di Sekolah Dasar. Berhitung di TK, untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan sistematis melalui pengamatan yang dilakukan anak terhadap benda-benda konkret yang ada disekitar anak, sehingga mengembangkan keterampilan berhitung dalam kesehariannya dalam kehidupan bermasyarakat.

PRINSIP-PRINSIP BERHITUNG PERMULAAN

Mudjito (2007: 2), mengemukakan beberapa prinsip-prinsip berhitung permulaan pada anak adalah sebagai berikut:
  1. Berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkret yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar;
  2. Pengetahuan dan keterampilan pada berhitung diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, misalnya dari kongkret ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks;
  3. Berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri;
  4. Berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan;
  5. Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak;
  6. Dalam berhitung anak dapat dikelompokkan sesuai tahap penguasaannya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang;
  7. Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip permainan berhitung permulaan diberikan secara bertahap kepada anak dimulai dari tahap berhitung yang mudah kemudian ke tahap yang lebih sulit. Permainan berhitung harus memberikan kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan matematika sehingga anak dapat memperoleh pengalaman yang diperoleh untuk mengembangkan kemampuan berhitung. 

Demikian kajian pustaka berkaitan dengan pengertian berhitung permulaan. Disamping itu terdapat beberapa tahapan dalam berhitung permulaan termasuk tujuan dan prinsip-prinsip berhitung permulaan. Penjelasan lebih lanjut dapat disimak pada sejumlah literatur berikut ini: 
  • Fatimah. (2009). Fun Math: Matematika Asyik dengan Metode Pemodelan. Bandung: Mizan Group.
  • Mudjito. (2007). Pedoman Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar.
  • Slamet Suyanto. (2005a). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usai Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
  • Smith, Cara. (2010). Mathematics In Early Childhood: an Investigation of Mathematics Skills in Preschool and Kindergarten Students. New York: Alferd. Diakses dari http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc /2013206021/fmt/ai/rep/NPDF?_s=qr%2Fbfsq%2BoFJRYKg%2BFCqfDKf%2FLW0%3D pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 13.40 WIB.
  • Sriningsih. (2008). Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.