Pengertian & Metode Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini


Pengertian & Metode Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini
Pengertian Membaca Permulaan – Kemampuan membaca merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Jadi keterampilan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan (Nurbiana Dhieni, 2005: 5.5).

Kemampuan membaca merupakan bagian dari perkembangan bahasa dapat diartikan menerjemahkan simbol atau gambar ke dalam suara yang dikombinasikan dengan kata-kata. Anak menyukai gambar, huruf, dan buku cerita dari sejak awal perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca lebih besar. Hal ini dikarenakan anak tahu bahwa membaca memberikan informasi baru dan menyenangkan (Noviar Masjidi, 2007: 57).

Kemampuan membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan. Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf,mengenali kata, frase, kalimat, dan wacana serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Bahkan lebih jauh dari itu dalam kegiatan membaca, pembaca menghubungkannya dengan maksud berdasarkan pengalamannya (Anderson dalam Nurbiana Dhieni 2005: 5).

Morisson (2012: 265) menyatakan bahwa untuk menjadi pembaca yang mahir maka seorang anak memerlukan pengetahuan tentang nama huruf, kecepatan anak menyebutkan nama huruf, pemahaman fonemik (pemahaman huruf-bunyi) dan pengalaman membaca dan dibacakan buku oleh orang lain. Morisson (2012: 261) menyebutkan beberapa indikator dalam kemampuan membaca meliputi pemahaman fonemik, pengenalan kata dan pendalaman.

1. Pemahaman Fonemik

Pemahaman fonemik meliputi beberapa kemampuan yang harus dicapai anak yaitu kemampuanmengubah bunyi kata dengan merubah huruf yang dapat membentuk kata baru, mengenali bahwa kata dibentuk dari bunyi-bunyi yang digabungkan dan bahwa kata memiliki makna, memahami bahwa bunyi dalam kata diwakili oleh huruf-huruf. Kemampuan-kemampuan tersebut perlu guru kembangkan dengan baik agar anak memiliki bekal untuk melangkah pada jenjang pendidikan selanjutnya. Misalnya dimulai dengan mengenalkan bahwa sebuah kata terbentuk dari huruf-huruf apabila salah satu huruf diganti akan berubah maknanya seperti kata baku, bila huruf pertama dirubah s maka menjadi saku.

2. Kemampuan Pengenalan Kata

Kemampuan pengenalan kata merupakan kemampuan dalam kemampuan mengikuti teks tertulis atau cerita dengan menunjuk kata-kata yang dikenali, mengetahui makna kata-kata yangsering didengar dan dilihat, serta mencoba mencari tahu makna katadan frasa yang baru. Anak usia4-6 tahun mulai tertarik dengan berbagai simbol persiapan membaca, mereka perlu didorong untuk mengenali kata-kata yang ada di lingkungannya, dan mengetahui maksud kata tersebut, oleh karena itu perlunya orang tua maupun pendidik untuk menstimulasi anak agar peka terhadap lingkungan dan mengenalkan berbagai kata sebagai persiapan membaca anak.

3. Pendalaman

Pendalaman adalah kemampuan anak dalam menghubungkan dan membandingkan cerita dengan kehidupan mereka, menerka apa yang selanjutnya terjadi, mengingat dan menggunakan apa yang telah dibaca. Jadi pada pendalaman ini anak mulai dapat memahami sebuah cerita, memiliki imajinasi yang kuat untuk melanjutkan cerita, serta memiliki ingatan yang kuat terhadap apa yang didengarnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditegaskan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah kecakapan anak dalam mengenal lambang tulisan, menitikberatkan pada aspek kemampuan membaca yang berkaitan dengan (a) pengenalan huruf, (b) pengenalan kata dari rangkaian huruf-huruf, (c) makna atau maksud, (d) pemahaman terhadap maksud dari bacaan. Pada anak usia dini khususnya anak TK, membaca bukanlah membaca seperti layaknya orang dewasa membaca. Anak usia ini masih berada pada tahap membaca permulaan yaitu masih dalam tahap dapat mengerti artisimbol, lambang bunyi dan kemampuan membaca kata yang ada di sekitarnya.

Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik (2008: 323) juga menyebutkan kesadaran fonemik (bunyi), perkembangan pengetahuan tentang huruf dan pemahaman huruf cetak adalah tiga kemampuan penting yang perlu dicapai anak dalam memperoleh keterampilan membaca.

Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa seorang anak akan memiliki kemampuan membaca apabila anak memiliki kemampuan berkomunikasi, penguasaan kosa kata, serta memiliki kesadaran fonemik (pengenalan huruf dan bunyi huruf) untuk persiapan membaca.

Metode Membaca Permulaan

Kemampuan membaca merupakan hal yang penting dalam perkembangan anak. Anak berada pada tahap pemula, sehingga anak perlu dibimbing untuk memperhatikan dua hal persiapan membaca yaitu keteraturan bentuk dan pola gabungan huruf (Soehjono Darwowidjojo, 2005: 300).

Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2009: 59) terdapat beberapa model pembelajaran bahasa yaitu whole word (model kata utuh), phonics, dan analogy. Model whole word (model kata utuh) merupakan model pemerolehan-literasi yang lebih menekankan pada pengenalan kata secara utuh dengan tidak boleh mengenalkan abjad, sedangkan pada model phonics pengajaran membaca dimulai dari huruf lepas-suku kata-kata dan kalimat. Pada model analogy guru dapat menggunakan berbagai benda seperti benda, bunyi, media gambar dan lain sebagainya untuk memberikan pancingan.

Soehjono Darwowidjojo (2005: 305) lebih khusus menyatakan terdapat dua macam metode pembelajaran membaca permulaan yaitu: (1) membaca dari bawah (bottom up) yaitu metode yang menghubungkan grafem dengan fonem. Anak belajar membaca dari huruf-huruf yang akhirnya disusun menjadi sebuah kata, (2) membaca dari atas ke bawah (top down) yaitu membelajarkan anak langsung pada konteks isi dari gambar, sehingga sering terjadi kesalahan dalam mengeja huruf.

Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2009: 59), ada dua metode membaca permulaan yaitu linear dan whole language. Pada dasarnya dua metode yang dikemukakan dua tokoh tersebut adalah sama yaitu;
  1. Membaca dari bawah (bottom up) atau juga disebut linear yaitu membaca dari yang sederhana ke yang lebih rumit. Hal ini juga ditegaskan oleh Slamet Suyanto (2005: 166) bahwa salah satu metode pembelajaran membaca yang dikenal adalah metode fonik yaitu mengeja huruf demi huruf saat membaca atau menulis kata, lebih lanjut dikemukakan pula bahwa suara dalam kata diwakili oleh huruf yang dapat disusun menjadi kata. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada metode bottom up anak diajarkan membaca dengan mengenalkan huruf dan bunyi huruf, suku kata, kata dan kalimat secara berurutan.
  2. Membaca dari atas ke bawah (top down) atau Whole language yaitu anak belajar melalui pemahaman bentuk utuh. Anak belajar secara umum mengenali kata secara utuh dan barumemaknainya. Lebih lanjut diungkapkan bahwa pada metode whole language anak tidak boleh dikenalkan abjad namun kata secara utuh.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa terdapat dua macam metode pembelajaran membaca permulaan yaitu bottom up/linear dan top down/whole language. Kedua metode tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing sehingga perlu dikombinasikan menjadi metode yang dapat mewakili kedua metode tersebut yaitu dengan mengenalkan anak pada tulisan dalam bentuk utuh dan juga dikenalkan pada unsur huruf.

Mengenal kata merupakan bagian dari membaca permulaan, sebelum membaca permulaan anak dikenalkan kata terlebih dulu. Mengenal kata sejak dini dapat bermanfaat bagi anak untuk persiapan membaca dijenjang yang lebih lanjut. Oleh karena itu perlu dilakukan stimulasi yang tepat, sehingga dapat mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal kata sebagai modal agar dapat membaca.

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian kemampuan membaca permulaan pada anak usia dini serta beberapa metode membaca permulaan yang dapat diimplementasikan oleh tenaga pendidik termasuk kedua orang tuanya.